Belajar (formal/ nonformal) merupakan
salah satu hal yang dapat menambah wawasan kita. membaca dan menulis merupakan
2 hal yang tidak mungkin bisa jauh ketika kita belajar.
Lalu bagaimana jika hal itu tidak
tersedia?
1000 buku dari Bali untuk Sumba merupakan
program Gabungan Mahasiswa Sumba Timur di Bali. Kami sadar masih banyak anak
sekolah yang kesekolah hanya membawa satu lembar buku untuk semua mata
pelajaran, ada pula yang harus rela membagi pensil dengan adiknya sekedar untuk
bisa menulis di sekolah, belum lagi mengenai sepatu, ahh jangankan sepatu
sendal pun mungkin adalah suatu keberuntungan bagi mereka, karena tidak sedikit
yang datang tanpa menggunakan alas kaki, dari beberapa persoalan di daerah
terpencil di Sumba, membuat kami melahirkan program ini.
Hal ini pun kami rasa bisa terlaksana
karena Bali bukan saja pulau seribu pura tapi juga pulau dengan berjuta peluang
pekerjaan yang telah banyak memberikan pekerjaaan bagi setiap orang yang datang
ke Bali secara khusus masyarakat Sumba Timur. Oleh karena itu kami mau mengajak
semua saudara- saudara untuk sama- sama membantu dalam pengumpulan buku ini.
Melihat realita yang terjadi di
Sumba Timur bahwa tidak sedikit anak-anak sekolah yang mau bersekolah dengan
bermodalkan semangat, berbeda dengan anak-anak sekolah yang lainnya yang sudah
dilengkapi dengan semua perlengkapan sekolah mulai dari pakain seragam, sepatu
hingga alat tulis menulis seperti buku dan pensil. Berangkat dari persoalan
diatas, kami GAMASTIM - Bali untuk
kepengurusan tahun ini punya motivasi yang
besar bagi anak-anak sekolah dasar di Sumba Timur agar tetap mewujudkan mimpi
mereka walaupun harus memulainya dari segala keterbatasan yang ada. Salah satu
motivasi kami untuk anak-anak sekolah dasar di Sumba Timur adalah dengan
program 1000 buku dari Bali untuk Sumba, target kami tahun ini adalah di salah
satu sekolah dasar di desa Maidang, Kecamatan
Kambata Mapa Mbuhang Kabupaten Sumba Timur.
KONDISI SEKOLAH YANG DITUJU
Sekolah ini dipilih karena
pernah ada teman kuliah di Bali yang ke desa ini, dari cerita mengenai
keadaan anak- anak yang bersekolah disana kami pun berniat untuk melakukan
kunjungan ke sekolah ini. Sedikit cerita mengenai jalan dan keadaan sekolah saat
dia berkunjung kesana. Dari Waingapu alat transportasi satu- satu adalah
menggunakan truk sebagai anggkutan umum selama kurang lebih 2 jam sampai tempat
pemberhentian terakhir. Selanjutnya kami harus berjalan kaki sejauh kurang
lebih 3 km dengan menyebrang sungai dua kali dan melewati jalan yang berbukit.
AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR
Kondisi Sekolah Dasar Lumbung yang berdiri
sejak 01 agustus 1960, sampai januari 2016 memiliki 4 kelas yang sudah mulai
rusak, siswa di sekolah ini berjumlah 80 orang.
Ada pun cara pembelajaran di sekolah ini
kelas 1 dan kelas 3 berada dalan 1 kelas dan
kelas 2 dan 4 dalam satu kelas dan untuk kelas 5 dan 6 memiliki kelas masing2. Jumlah guru PNS 2 orang, guru
SM3T 1 orang dan honor sekolah 5 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar